
Merokok, baik aktif atau pasif, merupakan suatu hal yang harus dihindari oleh wanita yang sedang mengandung. Sebab, dampak dari paparan asap tersebut sangat buruk bagi calon buah hati, baik di masa kehamilan, persalinan, atau saat sudah lahir. Ingin tahu apa bahaya asap rokok bagi ibu hamil dan bayinya? Simak di sini.
Melahirkan putra atau putri yang sehat merupakan dambaan setiap orang tua. Untuk itu berbagai cara pun dilakukan, mulai dari menjaga diet, membatasi aktivitas, hingga konsumsi suplemen. Sayangnya, banyak pasangan atau ibu hamil yang tidak peka terhadap bahaya asap rokok bagi kesehatan bayinya.
Bahaya asap rokok tidak hanya mengancam ibu yang merupakan perokok aktif, tapi juga pasif. Bahkan, sudah banyak kasus bayi mati di dalam kandungan yang diduga disebabkan karena paparan rokok dari ayahnya.
Efek buruk ini disebabkan oleh kandungan dalam sigaret yang mengandung banyak zat beracun. Zat racun yang paling banyak ditemukan pada sigaret dan merupakan penyebab kematian dan permasalahan kehamilan adalah tar dan karbon monoksida.
Banyak orang yang merokok di tempat terpisah beranggapan bahwa itu aman dan tidak akan mempengaruhi ibu hamil atau bayinya. Padahal, tar memiliki kemampuan untuk menempel di tubuh, furnitur, dan pakaian si perokok.
Lalu apa saja bahaya asap rokok yang mungkin terjadi pada ibu hamil? Apakah ada efek tertentu pada bayi dari orang tua perokok? Adakah cara untuk menetralisir paparan asap rokok tersebut? Simak jawabannya di artikel ini.
Bahaya Asap Rokok bagi Ibu Hamil dan Janin
Sumber: Wikimedia Commons
1. Menyebabkan Keguguran
Produk rokok di Indonesia sempat menyematkan label peringatan yang berbunyi, “Merokok dapat menyebabkan menyebabkan kanker, serangan jantung, dan gangguan kehamilan dan janin.” Label tersebut tidak hanya bertujuan untuk menakuti konsumen, tapi juga anjuran peringatan singkat tentang bahaya sigaret.
Bagi ibu hamil dan janinnya, merokok bisa meningkatkan risiko beberapa komplikasi kehamilan. Menghisap sigaret juga membuat metabolisme dan peredaran darah dalam tubuh tidak lancar. Hal tersebut meningkatkan risiko terjadinya keguguran saat sedang hamil.
2. Meningkatkan Risiko Bayi Lahir Mati
Menurut penelitian Dr. Sachiko Baba dari Osaka University, wanita yang mengonsumsi produk tembakau memiliki risiko stillbirth yang lebih besar dibanding yang bukan perokok. Tidak tanggung-tanggung, risikonya bisa naik hingga 43 persen.
Bayi yang mati dalam kandungan tetap harus tetap dilahirkan. Biasanya jika hal ini terjadi, dokter akan menginduksi dan merangsang rahim ibu dengan obat untuk melahirkan. Jika si ibu tidak memiliki tenaga atau bayi posisinya tidak normal, maka harus dilakukan operasi caesar.
3. Kelahiran Prematur
Beliau juga melakukan penelitian masalah dampak konsumsi tembakau dengan kelahiran prematur. Hasilnya, ditemukan bahwa paparan nikotin pada janin mempengaruhi kondisi kandungan yang meningkatkan risiko kelahiran prematur. Ia juga menemukan bahwa wanita yang berhenti menggunakan snus atau merokok di awal kehamilan dapat mengurangi kemungkinan lahir prematur.
Bahaya asap rokok bagi kandungan tidak hanya dirasakan oleh ibu hamil yang merupakan perokok aktif, tapi juga perokok pasif. Sebab, zat-zat berbahaya dalam rokok sangat halus dan mudah terhirup, apalagi jika dalam satu ruangan tertutup.
4. Berat Badan Bayi di Bawah Rata-Rata
Department of Pediatrics, University of Arizona College of Medicine, Tucson menemukan, dari 191 ibu perokok pasif, rata-rata bayi menderita kekurangan berat badan sebanyak 88 gram. Sementara dari 176 ibu perokok lebih dari 20 batang per hari, rata-rata kurangnya berat badan bayi sebanyak 273 gram.
Dari semua subyek perokok pasif, sebanyak 2,7 persen ditemukan memiliki kadar kotinin sebesar perokok aktif. Cotinine sendiri merupakan zat dalam tembakau yang muncul dari sisa metabolisme nikotin dalam tubuh.
Baca juga: Berbagai Bahaya Merokok Bagi Kesehatan Tubuh dan Orang di Sekitar Anda
Efek Negatif Asap Rokok bagi Bayi
1. Bayi dari Orangtua Perokok
Bahaya asap rokok tidak hanya mengancam keselamatan nyawa para ibu di masa hamil dan melahirkan saja. Bayi yang telah berhasil lahir dengan selamat pun masih belum sepenuhnya aman dari bahaya tembakau.
Setelah berhasil lahir, bayi dari orangtua perokok juga kemungkinan besar mengalami sudden infant death syndrom (SIDS). Sesuai namanya, sindrom ini bisa terjadi tiba-tiba dan merenggut nyawa buah hati, terutama saat masih di bawah satu tahun. Hal yang mengerikan dari SIDS adalah tidak ada gejala apa pun sehingga sangat sulit dilakukan penanganan.
Menurut penelitian Department of Pediatrics, Western Reserve University Ohio, sekitar 61,3 persen dari kasus terjadinya SIDS disebabkan oleh ibu yang merokok. Dari jumlah tersebut, mereka memperkirakan bahwa 20,7 persennya bisa diatasi apabila orangtua berhenti merokok sebelum mengandung.
Selain SIDS, bahaya asap rokok bagi bayi adalah tingginya kemungkinan mengidap beberapa penyakit. Mulai dari asthma, bronkitis, hingga penyakit jantung kongenital atau cacat bawaan lahir.
Bahaya asap rokok bagi bayi jika merokok saat ibu sedang hamil juga bisa muncul ketika anak sudah dewasa. Bayi dari orangtua pecandu tembakau memiliki kemungkinan yang sangat besar menderita diabetes, hipertensi, dan serangan jantung.
Bagi bayi laki-laki, saat dewasa ada kemungkinan memiliki jumlah sperma yang lebih rendah dari orang normal. Menurut penelitian Lund University, Swedia, lelaki dari orang tua perokok memiliki konsentrasi sperma 41 persen lebih rendah dari orang normal. Jumlah spermanya pun rata-rata 51 persen lebih rendah dari anak dengan orang tua non perokok.
2. Bayi yang Menjadi Perokok Pasif
Setelah membahas bahaya bagi anak yang lahir dari ibu hamil yang terpapar asap rokok, kira-kira adakah dampak jika bayi terpapar langsung? Jawabannya, tentu saja. Perokok pasif memiliki risiko terjangkit penyakit yang sama dengan perokok aktif.
Pada bayi, risikonya bisa lebih besar dibanding orang dewasa karena sistem imunnya masih lemah. Selain sistem imun, anak kecil juga memiliki paru-paru, saluran nafas, dan metabolisme yang belum terbentuk secara sempurna. Membuat mereka lebih rentan sakit karena zat-zat beracun pada sigaret.
Ada beberapa penyakit yang sering muncul pada anak yang tinggal dengan orangtua yang merokok. Mulai dari asthma, pneumonia (radang paru-paru), bronkitis, batuk berdahak, iritasi mata, meningitis, alergi, hingga infeksi telinga.
Selain penyakit-penyakit tersebut, anak juga memiliki risiko kanker, penyempitan pembuluh darah, dan serangan jantung yang tinggi. Jika masih di bawah satu tahun, bayi yang menjadi perokok pasif juga rentan mengalami SIDS.
Baca juga: Fase & Efek Berhenti Merokok yang Terjadi pada Tubuh
Hindari Merokok saat Masa Menyusui
1. Dampak Sigaret pada Produksi ASI dan Bayi
Tidak hanya bahaya bagi kesehatan ibu hamil dan janinnya, asap rokok juga buruk untuk wanita yang menyusui. Menurut WHO, ASI atau air susu ibu merupakan sumber makanan utama dan terbaik untuk bayi, terutama jika belum bisa mengonsumsi makanan padat.
Produksi ASI dipengaruhi oleh dua hormon, prolaktin dan oksitosin. Hormon prolaktin berfungsi untuk merangsang produksi air susu, sementara oksitosin mengatur sekresi atau pengeluarannya.
Konsumsi sigaret akan menghambat produksi hormon prolaktin dalam tubuh Anda. Rendahnya prolaktin membuat jumlah air susu yang diproduksi menjadi sedikit. Zat-zat dalam sigaret juga bisa menyebabkan Anda menyapih terlalu dini (early weaning).
Selain menghambat produksi air susu, rokok juga bisa membuat bayi mengalami kolik atau tangis berjam-jam. Hal ini disebabkan oleh kandungan nikotin yang telah diserap tubuh ikut masuk ke ASI. Membuat bayi merasa gelisah karena efek zat tersebut.
Bayi dari ibu yang merokok sambil menyusui lebih rentan mengidap alergi dan kelainan pernafasan. Mereka juga cenderung kekurangan berat badan seiring pertumbuhannya.
Baca juga: Anjuran dan Cara Berhenti Merokok dengan Bahan Alami
Bagaimana Cara Berhenti Merokok pada Masa Kehamilan?
1. Langsung Berhenti (Cold Turkey)
Setelah mengetahui bahaya asap rokok bagi ibu hamil dan bayi, ada baiknya Anda yang masih merokok mulai berhenti secepatnya. Beberapa orang beranggapan merokok saat hamil muda masih diperbolehkan. Anggapan tersebut salah, saat hamil, apa pun yang diserap tubuh Anda akan mempengaruhi janin.
Mulai buang semua perlengkapan dan sigaret Anda dari rumah. Hindari tempat-tempat dengan paparan asap rokok atau teman-teman pecandu nikotin selama hamil. Mintalah bantuan teman-teman atau pasangan Anda untuk membantu proses berhenti ini.
2. Berhenti Bertahap
Idealnya, sigaret berhenti dikonsumsi sebelum masuk masa hamil sekaligus. Sayangnya, gejala sakau yang Anda akan alami dengan metode tersebut sangat menyiksa. Bila memang tidak tahan dengan gejala sakaunya, berhentilah bertahap.
Anda bisa mulai dengan membuat jadwal dan komitmen dengan diri sendiri untuk mengurangi frekuensi merokok. Tapi perlu diingat bahwa Anda sedang mengandung calon buah hati, jadi sebaiknya jangan banyak-banyak jumlah konsumsi sigaret per harinya.
Bagi Anda yang biasa merokok satu pack per hari (20 batang), mungkin bisa mulai dengan hanya 10 sampai 8 batang dalam sehari. Waktunya pun juga diatur, misalnya hanya setelah makan dan istirahat bekerja.
Buatlah komitmen bahwa dalam dua bulan Anda bisa mengurangi separuh dari jumlah tadi. Anda bisa melakukannya perlahan dengan mengurangi satu batang per minggu hingga jumlah yang Anda targetkan. Setelah tercapai, mulailah dengan komitmen baru lagi, misalnya satu atau dua minggu mengurangi sebatang dari jatah harian hingga tidak merokok sama sekali.
Meski bertahap, cara ini memang lebih ekstrim dibanding metode berhenti merokok bertahap biasanya. Jadi gejala sakaunya bisa cukup mengganggu Anda. Mintalah dukungan dari orang terdekat untuk bisa berhenti agar Anda bisa melewati masa sakau.
Baca juga: Tips Menggunakan Rokok Elektrik (Vape) untuk Berhenti Merokok
3. Nicotine Replacement Therapy
Sumber: Wikimedia Commons
Untuk menghindari bahaya asap rokok bagi janin tapi tidak ingin terlalu stres, para ibu hamil yang merokok bisa mencoba nicotine replacement therapy (NRT). Terapi ini mengganti pasokan nikotin dengan cara-cara lain seperti obat atau koyo.
Meski metode ini dianggap aman untuk ibu hamil, tapi bukan cara berhenti yang paling ideal. Sebab, tubuh dan janin tetap menyerap nikotin atau zat kimia lainnya meski bukan dari asap rokok. Meski nikotin sendiri bisa membuat bayi mengalami kelainan pernafasan.
Karena itu, terapi ini lebih disarankan bagi ibu hamil yang dulunya perokok berat, perokok ringan sebaiknya kurangi bertahap saja. Di samping itu, ibu hamil harus selalu berkonsultasi dan diawasi oleh tenaga medis atau terapis yang ahli di bidangnya. Dengan begitu, zat pengganti nikotin bisa diberi dalam jumlah yang aman bagi janin.
Cara Agar Bayi Tidak Terpengaruh Efek Rokok lewat ASI
Jika Anda masih belum bisa benar-benar berhenti merokok saat menyusui, ada dua hal yang perlu diperhatikan. Hal tersebut adalah waktu merokok dan pemberian ASI pada bayi.
Sebaiknya Anda merokok setelah memberi ASI pada anak. Dengan begitu, kemungkinan nikotin dan zat beracun lainnya ikut terlarut dalam susu lebih kecil.
Jangan lupa perhatikan juga waktu Anda merokok. Sebaiknya beri jarak dua hingga tiga jam setelah merokok sebelum menyusui si buah hati. Dengan begitu, ada kemungkinan zat-zat racun dalam rokok sudah dibuang dari tubuh Anda.
Jika ragu dengan timing dan kualitas air susu, Anda bisa melakukan pump and dump. Metode ini membutuhkan pump untuk mengeluarkan air susu yang kemudian dibuang. Setelah dibuang, ASI berikutnya baru diberikan pada bayi.
Dengan melakukan pump and dump, kemungkinan nikotin dan zat racun yang terlarut akan terbuang pada air susu pertama. Membuat ASI berikutnya lebih aman bagi bayi. Tapi perlu diingat, Anda membutuhkan produksi ASI yang cukup banyak untuk melakukan ini.
Bagaimana Jika Suami Merokok?
Bahaya asap rokok tidak hanya berasal dari ibu hamil yang perokok aktif, tapi juga pasif. Karena itu, lebih baik hindari tempat-tempat yang penuh dengan asap rokok. Tapi bagaimana jika perokok tersebut adalah suami sendiri?
Tentu cara terbaik adalah dengan memintanya berhenti merokok, tidak hanya untuk keselamatan Anda tapi juga kesehatan dirinya. Tapi berhenti bukan hal yang mudah, perlu kesabaran dan tekad yang kuat.
Agar suami bersedia menghentikan kecanduan nikotinnya, berilah dukungan moral dengan komunikasi yang positif. Jangan sampaikan dengan marah atau menyindir, karena akan membuatnya semakin stres dan kembali merokok.
Selama ia mengurangi dosis, mintalah suami untuk selalu merokok di luar rumah dan jauh dari Anda dan buah hati. Setelah merokok, minta ia untuk mengganti pakaiannya saat masuk ke rumah.
Sebab, tar dan zat racun lain pada sigaret bisa menempel di perabotan seperti meja atau sofa. Jadi berbahaya jika suatu ketika terhirup oleh Anda atau bayi.
Anda juga bisa meminta dan menemani suami untuk mencoba berbagai terapi dan metode berhenti merokok. Dengan begitu, mungkin saja ia akan lebih termotivasi dan bersemangat untuk lepas dari kecanduan nikotinya.
Baca juga: Manfaat Tembakau yang Mungkin Belum Anda Ketahui
Hal yang Bisa Dilakukan jika Terpapar Asap Rokok
Jika sempat terpapar asap rokok, ada beberapa cara menetralisir yang bisa dilakukan ibu hamil. Pertama adalah konsumsi makanan yang kaya akan flavonoid seperti bayam dan bawang putih. Menurut penelitian University of Jaen, flavonoid mampu mengurangi risiko munculnya sel-sel kanker. Tidak hanya itu, zat ini juga bisa mencegah peradangan dan membantu tubuh melawan penyakit dan zat polutan yang masuk dalam tubuh.
Kedua adalah dengan konsumsi banyak air putih. Banyak bukan berarti berlebihan, sesuaikan dengan berat badan Anda atau sekitar 2 sampai 3 liter sehari. Air akan membantu memperlancar tubuh membuang zat-zat berbahaya dari sigaret.
Tidak hanya asap tembakau, perhatikan juga asap dari rokok elektronik atau vape. Meski rokok elektrik lebih aman dari sigaret tembakau, tapi tetap saja bahaya bagi ibu hamil. Jadi sebaiknya hindari juga saat masa hamil.