
Rokok elektrik atau dikenal juga dengan vape merupakan alat yang diperkenalkan sebagai terapi berhenti merokok. Ada banyak jenis-jenis vape yang ada di pasaran. Jika Anda tertarik untuk membelinya, jangan buru-buru. Ketahui dulu apa itu rokok elektrik atau vape beserta cara kerjanya di artikel berikut.
Rokok Elektrik, Electronic cigarette, atau vaporizer (vape) merupakan alat yang diciptakan untuk menggantikan rokok konvensional. Alat ini diklaim oleh produsennya sebagai alternatif merokok yang aman karena tidak melalui pembakaran. Tapi benarkah demikian? Mari simak pembahasan lengkap di bawah agar Anda tahu apa itu rokok elektrik atau vape.
Klaim aman para produsen didasari dari proses pembentukan asap yang sebenarnya adalah uap e-juice atau e liquid. Penguapan berasal dari panas listrik yang dihantarkan lewat elemen pembakaran atau atomizer sehingga tidak menghasilkan tar. Selain itu, kadar nikotin pada e-juice juga bisa diatur sesuai kebutuhan Anda.
Selain banyak pilihan e-juice, jenis-jenis vape yang beredar di pasaran juga beragam. Mulai dari yang seukuran pena hingga yang sebesar handphone. Masing-masing jenis memiliki spesifikasi dan komponen yang berbeda-beda tergantung produsen.
Jadi bagi Anda yang tertarik membeli e-cigarette, sebaiknya jangan terburu-buru. Pahami dulu spesifikasi apa itu dan cara kerja rokok elektrik (vape) dengan benar. Sehingga, Anda bisa menghindari masalah yang mungkin muncul atau membeli alat yang sesuai dengan kebutuhan Anda.
Sejarah dan Perkembangan Rokok Elektrik
1. Penemuan
Untuk mengetahui apa itu rokok elektrik, maka Anda harus tahu dulu siapa yang pertama kali memperkenalkannya. Meskipun alat ini mulai populer di Indonesia pada tahun 2013-an, menurut Consumer Advocate for Smoke Free Alternative Association, konsep vaporizer elektronik sudah ada sejak 1930.
Pada 1930, Joseph Robinson telah mematenkan vaporizer yang digunakan bersama bahan-bahan obat. Sayangnya, meski telah dipatenkan, benda tersebut tidak untuk produksi massal dan diperjualbelikan kepada khalayak umum. Paten serupa juga ditemukan pada tahun 1934 dan 1936.
Model vaporizer portable yang lebih sederhana dan kecil untuk menggantikan rokok kemudian dipatenkan oleh Herbert Gilbert pada 1965. Namun, seperti James Robinson, sigaret bertenaga listrik ini tidak pernah diproduksi massal dan diperjualbelikan.
Dengan konsep berbeda, upaya untuk memproduksi vaporizer secara massal dilakukan pada tahun 1979 oleh Phil Ray dan Norman Jacobson. Mereka bahkan mencoba memasang iklan dan memproduksi dengan cukup besar. Sayangnya, produk ini pun dihentikan produksinya pada tahun 1980-an karena berbagai alasan.
2. Komersialisasi
Sumber: YouTube – Jon Dericott
Vaporizer yang sukses dikomersilkan pertama kalinya adalah ciptaan Hon Lik. Beliau merupakan ahli farmasi asal Beijing yang mematenkan desain e-cigarette pada tahun 2003. Produk awal Hon Lik mirip dengan model milik Gilbert, tapi dibuat lebih simpel dan kecil. Merek ini dinamakan Ruyan, yang berarti seperti merokok.
Rokok buatan Hon Lik pertama kali dipasarkan di dalam negerinya pada 2004 dan secara internasional pada tahun 2006. Pada tahun 2014, secara mengejutkan Hon Lik menjual seluruh paten dan desain rokok elektronik buatannya pada Imperial Tobacco.
Vape terus menerus mengalami perkembangan dan inovasi sejak munculnya produk Hon Lik. Ada banyak jenis-jenis vape yang bermunculan dengan beragam inovasi termasuk e-cigarette open system.
Jika Anda tidak tahu apa itu open system, penjelasan mudahnya adalah rokok elektrik yang bisa diubah komponen dan tegangannya sesuai selera. Model ini berbeda dengan milik Hon Lik yang sudah mendapat pengaturan dari pabrik (closed system). Pada 2014 akhir, produsen vape Juul merilis rokok elektrik closed system yang lebih akrab disebut pod.
Sejak tahun 2000-an, banyak juga perusahaan rokok konvensional yang mulai melirik potensi produk sigaret alternatif. Untuk menyaingi merek dan jenis-jenis vape di pasar, mereka meluncurkan beberapa produk. Contohnya adalah R.J. Reynolds Eclipse, Philip Morris Accord, dan Marlboro IQOS. Produk-produk ini diklaim menggunakan tekanan panas untuk membuat tembakau merilis nikotin, tanpa membakarnya.
Cara Kerja Rokok Elektrik
Sumber: Wikimedia Commons
Untuk mengetahui apa itu rokok elektrik, Anda perlu tahu bagaimana alat ini bekerja. Seperti yang sudah disebutkan, yang terlihat seperti asap sebenarnya berasal dari penguapan e-juice. Jadi tidak ada proses pembakaran seperti pada sigaret konvensional dan hookah.
Oleh karena tidak adanya pembakaran, maka zat-zat karsinogenik seperti tar dan karbon monoksida tidak terbentuk. Hal tersebut yang membuat para produsen vape berani mengklaim bahwa produknya tidak berbahaya bagi tubuh, meski sebenarnya masih butuh penelitian lebih lanjut.
Meski ada banyak jenis-jenis vape yang beredar di pasar, semuanya terdiri dari empat bagian utama. Baterai, regulator (mod), atomizer, dan mouthpiece. Yang membedakan tiap jenis adalah spesifikasi, ukuran, dan sistem yang digunakan.
Untuk melakukan pemanasan, regulator akan mengambil energi dari baterai. Regulator kemudian menyalurkan energi tersebut ke atomizer pada cartridge dan membuat e-juice menguap. Uap tersebut kemudian dihisap oleh vaper lewat mouthpiece. Untuk mengaktifkan regulator, biasanya terdapat tombol atau sensor.
Jenis-Jenis Vape
1. Cigalike
Sumber: Wikimedia Commons
Cigalike bisa dibilang vaporizer komersial yang pertama kali muncul di pasaran. Merek ini memiliki bentuk yang menyerupai rokok konvensional atau pipa dengan ujung yang bisa menyala.
Alat ini menggunakan closed system dan baterai tanam yang rechargeable, sehingga tidak bisa dibongkar. Sedangkan untuk elemen pemanasnya (atomizer), cigalike menggunakan jenis yang biasa disebut cartomizer.
Sayangnya, tegangan yang dihasilkan oleh alat ini terlalu kecil, rata-rata hanya 3,7 V. Hal itu membuat rasa e-juice tidak bisa keluar secara maksimal. Baterainya pun cenderung cepat habis, sehingga repot jika penggunanya sedang bepergian.
Dalam sebuah wawancara dengan produsen vape Blu, si pencipta rokok elektrik, Hon Lik, menjelaskan apa alasan di balik desain produknya itu. Ternyata tegangan maksimal 3,7 V ditetapkan untuk batas keamanan pengguna. Begitu pula dengan closed system, untuk meminimalisir kesalahan yang bisa mengakibatkan korsleting.
2. Vape Pen
Rokok elektrik kedua yang akan dibahas pada jenis-jenis ini bisa dibilang generasi kedua, yaitu vape pen. Berbeda dengan cigalike, vape pen menggunakan komponen yang disebut dengan clearomizer.
Lalu apa itu clearomizer dan fungsinya pada rokok elektrik? Clearomizer merupakan elemen pemanas yang mampu menampung e-juice dan memanaskannya tanpa perantara. Berbeda dengan cartomizer yang menggunakan polyfill untuk menampung e-juice.
Bentuk ini mampu menampung volume yang lebih besar dibanding cartomizer. Tapi kelemahan elemen pemanas yang satu ini adalah daya yang dihabiskan lebih besar. Selain itu, jeda dari aktivasi (firing) hingga penguapan juga lebih lama.
Untuk mengatasi masalah tersebut, vape pen memberlakukan open system. Meski komponennya tidak bisa dibongkar pasang, tegangannya bisa diatur sesuai kebutuhan dari 3 hingga 6 V. Salah satu merek rokok elektrik pen yang banyak digunakan adalah Kanger Evod.
3. Mechanical Mod
Meski pen memiliki open system di mana pengguna bisa mengatur tegangan, banyak orang masih kurang puas dengan rasa yang dihasilkan. Karena itu ketika muncul vape dengan rebuildable atomizer dan mod terpisah, sebagian besar vaper pun memilih meninggalkan pen. Jenis mod dan atomizer terpisah bisa dibilang merupakan generasi ketiga dan yang lazim digunakan orang Indonesia.
Atomizer yang bisa digunakan ada tiga jenis RDA (rebuildable dripping atomizer), RTA (rebuildable tank atomizer), dan RDTA (rebuildable dripping tank atomizer). Ketiga jenis ini memiliki kelebihan masing-masing dari segi rasa yang dihasilkan dan jumlah yang dapat ditampung. Anda juga bisa mengatur lilitan koil sesuai dengan selera Anda.
Mod ini memiliki bentuk yang mirip dengan kebanyakan vape pen. Jadi saat Anda membeli rokok elektrik lalu bingung apa itu jenis pen atau mechanical mod, lepas atomizer dan lihat sambungannya. Mechanical mod menggunakan connector yang bisa dipasangi rebuildable atomizer merek lain.
Di antara jenis-jenis mod vape yang ada di pasaran, mechanical mod menggunakan sistem listrik yang paling sederhana. Pasalnya, pada mod jenis ini tidak terdapat microprocessor seperti pada jenis-jenis lain (unregulated).
Tapi, sederhana bukan berarti mudah digunakan dan aman. Jadi, seluruh setelan mulai dari voltase, hambatan, hingga baterainya harus diatur manual. Jika Anda sering membaca berita tentang vaporizer yang meledak, sebagian besar kasusnya merupakan jenis mod ini.
Memang, meledaknya vape sebagian besar adalah karena kelalaian penggunanya. Namun, karena setelannya manual, Anda tidak boleh sampai salah memasang. Oleh sebab itu, mod ini tidak dianjurkan untuk vaper pemula. Merek mechanical mod yang cukup mudah ditemukan di pasar Indonesia contohnya VGOD dan Sub Ohm.
4. Regulated Mod
Sama dengan mechanical, regulated mod juga menggunakan rebuildable atomizer. Dibandingkan jenis-jenis vape yang lain, mod yang satu ini mungkin yang paling banyak digunakan orang Indonesia. Sebab, ketersediaan barang dan varian harganya cukup banyak.
Lalu apa itu rokok elektrik regulated mod? Regulated atau electrical mod merujuk pada setelan voltase dan hambatan yang bisa diatur pengguna tapi masih dalam skala yang ditentukan dari bawaan pabrik. Biasanya vape jenis ini memiliki indikator yang menunjukkan tegangan, baterai, dan juga hambatan listrik.
Jadi untuk mengubah setelan, cukup atur lewat tombol yang tersedia. Microprocessor di dalamnya akan mengaturnya sesuai kebutuhan Anda, jadi tidak perlu takut salah pasang komponen. Bahkan, model-model yang baru biasanya diprogram untuk mati sejenak jika vaporizer terlalu panas.
5. Pod
Seperti yang disebutkan tadi, jenis-jenis vape dengan mod dan atomizer terpisah lebih disukai karena rasa yang dihasilkan lebih nikmat. Sayangnya, kelemahan dari kedua mod generasi ketiga tadi adalah bentuknya yang besar. Tidak hanya itu, pengisian ulang dan pemeliharaan atomizernya juga harus sering dilakukan.
Karena itulah, beberapa produsen meluncurkan produk baru yang bisa dibilang e-cigarette generasi keempat bernama pod. Rokok elektrik ini terdiri dari dua bagian, baterai dan pod e-juice. Dalam rangkaian ini, pod berfungsi sebagai atomizer, tank, dan juga mouthpiece.
Pod memiliki bentuk yang jauh lebih kecil jika dibanding dengan vape pen. Selain itu alat ini juga menggunakan closed system, jadi tegangannya tidak bisa diubah seenaknya. Dayanya pun rendah jika dibandingkan dengan mechanical dan regulated mod.
Hal yang membedakan pod dengan jenis-jenis vape closed system lainnya adalah cairan yang digunakan. E-juice untuk pod berbeda dengan e-juice pada umumnya, lebih kental dan terkonsentrasi. Jadi meski dipanaskan pada suhu yang rendah, rasanya tetap kuat. Jika habis, pod umumnya dibuang dan diganti (disposable), tapi beberapa produsen sudah menyediakan juga pod yang refillable.
Jika Anda memutuskan untuk membeli pod, jangan heran jika tidak menemukan tombol aktivasi. Biasanya, pod memiliki sensor yang otomatis menyala saat Anda menyedotnya.
Efek Samping Penggunaan Rokok Elektrik
Setelah mengetahui apa itu rokok elektrik, cara kerja, dan jenis-jenisnya, saatnya Anda ketahui apakah ada efek samping yang ditimbulkan oleh alat ini. Pada saat Hon Lik pertama kali meluncurkan cigalike, ia mempromosikan produknya sebagai alternatif rokok yang lebih sehat. Sejak saat itu, banyak produsen yang meluncurkan produknya sebagai terapi berhenti merokok.
Nikotin merupakan zat adiktif, jadi menghentikan dosisnya dalam tubuh sekaligus bisa memunculkan reaksi sakau. Dengan rokok elektrik, dosis nikotin dapat dikurangi secara bertahap, sehingga efek sakau bisa diminimalisir.
Sayangnya, meski dapat dimanfaatkan seperti itu, rokok elektrik bukan berarti sehat bagi tubuh. Meski masih membutuhkan riset lebih lanjut tentang dampaknya pada tubuh, uap pada e-cigarette mengandung zat-zat yang mungkin memicu masalah pernafasan seperti diacetyl, nikel, dan timbal.
Seorang YouTuber dengan channel Chris Notap pernah membuat simulasi sederhana tentang vaping dan merokok. Meski bukan percobaan yang sifatnya ilmiah, pada alat yang dibuatnya terlihat rokok meninggalkan banyak residu berwarna hitam. Sedangkan vape meninggalkan sedikit residu berwarna bening.
Meski hasilnya lebih baik dari rokok, tapi e-cigarette terbukti meninggalkan residu di tubuh. Selain itu, vape mungkin mempengaruhi kesehatan orang-orang di sekitar Anda karena uapnya dihembuskan ke udara bebas.
Setelah Mengetahui Apa Itu Rokok Elektrik (Vape), Apakah Anda Tertarik Mencobanya?
Demikian ulasan singkat tentang apa itu rokok elektrik (vape), cara kerja, dan jenis-jenis yang tersedia di pasaran. Setelah membacanya, apakah Anda tertarik untuk mencoba alternatif merokok tersebut?
Jika iya, semoga info-info tadi berguna dan bisa membantu Anda menemukan alat yang tepat. Sehingga Anda bisa mulai mengganti rokok dengan vape dan mengurangi dosis nikotinnya perlahan-lahan. Tapi jika bukan seorang perokok, ada baiknya Anda menghindari produk yang satu ini.