
Vaporizer pertama kali dipasarkan pada tahun 2004 oleh ahli kesehatan asal Tiongkok, Hon Lik. Alat tersebut pertama kali diperkenalkan sebagai alternatif merokok yang lebih sehat. Lalu, muncul berbagai merek vape yang mengklaim bisa membantu penggunanya hidup tanpa kecanduan nikotin. Ingin tahu bagaimana menggunakan rokok elektrik untuk berhenti merokok? Simak di sini!
Merokok adalah kebiasaan buruk yang sangat sulit disembuhkan, padahal kebiasaan ini membahayakan kesehatan pelakunya. Banyak ahli kesehatan dan peneliti berusaha menemukan cara yang efektif untuk menyembuhkan kecanduan nikotin. Salah satu cara untuk berhenti merokok tersebut adalah dengan menggunakan rokok elektrik.
Rokok elektrik atau vape adalah sebuah alat yang mampu mengubah e-juice atau e-liquid menjadi uap. Uap tersebut kemudian dihirup dan dihembuskan seperti sedang merokok. Meski sama-sama dihirup, vape dianggap lebih aman karena tidak menghasilkan tar.
Bagi Anda yang belum tahu, tar adalah salah satu kandungan pada rokok yang dihasilkan lewat pembakaran. Jika Anda pernah melihat paru-paru perokok berwarna hitam dan terdapat flek, itu noda itu disebabkan oleh tar. Zat ini bersifat karsinogenik atau mampu memicu sel-sel kanker.
Selain tidak menghasilkan tar, kadar nikotin pada e-juice vape juga bisa diatur dari yang tinggi hingga tanpa nikotin sama sekali. Biasanya dalam kemasan 90 ml tersedia pilihan kadar nikotin dari 30, 12, 6, hingga 3 ml.
Lalu bagaimana cara menggunakan rokok elektrik untuk berhenti merokok dan bebas dari kecanduan nikotin? Pelajari dan simak infonya di artikel ini sampai selesai.
Seberapa Efektif Metode Berhenti Merokok dengan Rokok Elektrik?
Pernahkah Anda membaca atau mendengar slogan, “Stop smoking start vaping,” atau, “Smoking is dead, vape is the future?” Slogan-slogan tersebut merupakan bentuk kampanye para produsen dan pengguna vape untuk membuat orang menghentikan kebiasaan menghisap rokok tembakau.
Lalu, dapatkah seseorang berhenti merokok tembakau dan menggantinya dengan rokok elektrik? Jawabannya adalah iya. Pada Juli 2019, penelitian Institut Pierre Louis d’Epidémiologie et de Santé Publique, Paris, menemukan bahwa dari 5.400 orang yang merokok tiap hari, pengguna e-cigarette yang berhenti merokok sedikit lebih banyak dari yang tanpa e-cigarette.
Rokok elektrik memang tidak menggunakan tembakau asli, tapi pengguna masih bisa merasakan nikotin. Jadi mereka bisa beralih perlahan-lahan dan menghentikan kebiasaan merokok mereka. Hal ini cukup bagus karena rokok elektrik atau e-cigarette sendiri memang lebih aman dibanding sigaret biasa walaupun tidak 100 persen aman bagi kesehatan.
Sayangnya, banyak pengguna vape yang berhasil beralih dari sigaret tembakau justru meneruskan kebiasaan vapingnya. Dalam New England Journal of Medicine, ditemukan bahwa setelah satu tahun berhenti merokok dengan rokok elektrik, 80 persen penggunanya masih melakukan vaping. Sementara untuk yang menggunakan terapi pengganti nikotin, setelah setahun hanya tinggal 9 persen yang mengonsumsinya.
Baca juga: Fase & Efek Berhenti Merokok yang Terjadi pada Tubuh
Cara Menggunakan Rokok Elektrik untuk Berhenti Merokok
Kecanduan nikotin merupakan sesuatu yang sangat sulit disembuhkan. Bahkan, beberapa penelitian menemukan bahwa tingkat adiksi zat tersebut sama kuatnya dengan heroin dan kokain. Wajar jika seseorang butuh beberapa kali percobaan untuk bisa sembuh dari kecanduan nikotin.
Sama seperti metode berhenti rokok lain, Anda bisa menurunkan dosis nikotin perlahan-lahan atau tidak mengonsumsinya sama sekali (cold turkey). Vape dapat Anda manfaatkan untuk metode pertama. Sebab ada banyak pilihan liquid vape, dari nikotin tinggi hingga tanpa nikotin.
Pertama-tama, Anda harus mengetahui seberat apa kecanduan rokok Anda. Jika saat masih merokok Anda bisa menghabiskan kurang dari satu pack dalam sehari, mungkin Anda bisa gunakan e-juice nikotin 6 ml. Jika lebih dari itu, sebaiknya mulai dari nikotin 12 ml atau mungkin lebih karena artinya Anda perokok berat.
Jika sudah memilih, mulailah menggunakan vaporizer tersebut, tubuh Anda akan beradaptasi dalam satu atau dua bulan. Jika pada awalnya Anda sering tersedak dan batuk, jangan khawatir karena itu adalah hal yang biasa terjadi. Pada tahap ini tubuh Anda akan mulai merasakan gejala sakau, Anda harus menahan keinginan kembali merokok tembakau.
Setelah tubuh Anda beradaptasi, mulai kurangi pelan-pelan dosisnya. Tidak perlu langsung beralih ke vape tanpa nikotin, cukup cari e-juice yang nikotinnya lebih rendah. Lalu gunakan lagi dan biasakan tubuh dalam waktu satu atau dua bulan. Lakukan terus tahap ini sampai Anda nyaman dengan nikotin yang kadarnya paling rendah.
Jika sudah menggunakan e-liquid dengan kadar terendah yang bisa Anda temui, maka mulai kurangi frekuensinya. Misalnya hanya pada jam-jam tertentu setiap hari. Anda juga bisa membuat komitmen, misalnya dalam satu minggu hanya satu botol (90 ml) e-juice.
Setelah terbiasa dan bisa memenuhi komitmen tersebut, mulai kurangi lagi konsumsi vape Anda. Entah waktunya mulai dibatasi lebih singkat atau satu botol untuk dua minggu. Pada masa adaptasi, tahanlah keinginan untuk vaping di luar jadwal yang ditentukan. Untuk membantu, ada baiknya menyimpan vape saat tidak digunakan.
Anda bisa mulai mengganti liquid vape dengan yang tanpa nikotin setelah berhasil mencapai satu botol untuk satu bulan atau sehari hanya satu atau dua kali vaping. Kemudian mulai beradaptasi lagi dengan dosis tersebut.
Jika Anda memutuskan untuk mencoba vape, ingatlah bahwa tujuan akhirnya adalah hidup tanpa kecanduan nikotin. Jadi Anda akan selalu termotivasi untuk tidak kembali ke kebiasaan lama. Sebab, cara berhenti merokok dengan rokok elektrik seperti ini membutuhkan disiplin yang tinggi.
Baca juga: Tips dan Cara Berhenti Merokok: Langkah demi Langkah dan Berbagai Metodenya
Tips Memilih Alat yang Tepat
1. Pilih Sesuai Penggunaan
Ada banyak vaporizer yang tersedia di pasaran, mulai dari cigalike, vape pen, hingga pod. Merek dan harganya pun beragam, mulai dari yang relatif murah seperti Tesla, Smoant, Kangertech, hingga yang mahal seperti Juul, SMOK, dan Aegis.
Untuk memilih vape yang tepat, pertama Anda harus mengetahui apakah Anda seorang perokok berat atau ringan. Jika termasuk perokok berat, lebih baik membeli mod dan rebuildable atomizer atau pod. Sementara jika Anda perokok ringan, cigalike atau vape pen bisa digunakan selain mod dengan atomizer terpisah dan pod.
Jika Anda bingung, mengapa cigalike atau vape pen tidak disarankan untuk perokok berat? Jawabannya adalah karena kapasitas baterai dan atomizernya kecil sehingga tidak bisa memenuhi kebutuhan pemakaian yang tinggi.
Untuk berhenti merokok dengan rokok elektrik, Anda harus beradaptasi terlebih dahulu. Bagi perokok berat, frekuensi penggunaan vape cukup tinggi, sehingga butuh alat dengan kapasitas baterai dan atomizer yang besar.
2. Sesuaikan Kadar Nikotin E-Juice
Seperti yang tadi disampaikan, berhenti merokok dengan menggunakan rokok elektrik (vape) bertujuan untuk membuat Anda hidup tanpa nikotin. Seketika menggunakan liquid vape tanpa nikotin akan sangat sulit. Lebih baik turunkan sedikit demi sedikit agar gejala sakau tidak terlalu menyiksa.
Di pasaran, tersedia e-liquid dengan kadar nikotin 30, 12, 6, dan 3 ml. Sayangnya, e-juice dengan nikotin 30 dan 12 ml lebih jarang dan sulit ditemukan dibanding e-juice 6 dan 3 ml.
Jika Anda membutuhkan dosis nikotin yang tinggi, ada baiknya langsung beli ke produsennya. Atau jika ada toko e-juice atau e-liquid yang menawarkan kemasan refill, mintalah mereka menaikkan dosis nikotinnya.
Menggunakan kemasan refill juga memiliki keuntungan lain, sebab Anda tidak perlu berpatokan dengan kemasan yang beredar di pasaran. Misalnya dari 30 ml nikotin Anda bisa menurunkan ke 25 ml dalam waktu dua minggu, kemudian 20 ml dua minggu berikutnya.
3. Pilih Rasa yang Tepat
Sumber: Instagram – exsan85_zazg
Salah satu tantangan bagi orang yang menggunakan rokok elektrik untuk berhenti merokok adalah beradaptasi dengan rasa. Tentunya rasa dan aroma sigaret berbeda dengan vape, sementara indra perasa dan pencium Anda sudah terbiasa dengan rokok.
Karena itu di awal menggunakan vaporizer, cobalah e-liquid dengan rasa tembakau. Gunakan e-liquid tersebut selama beberapa minggu, kemudian mulai cobalah rasa yang lain, misalnya vanila, cake, cappuccino, atau susu.
Jika Anda dahulu adalah perokok menthol, mungkin ada baiknya menggunakan liquid yang memberi sensasi dingin. Liquid dingin ini biasanya memiliki rasa buah-buahan yang segar seperti nanas, stroberi, ceri, apel, atau mangga.
Baca juga: Merk-Merk Vape yang Beredar di Indonesia
Vape vs Heat Stick
Sumber: Youtube – Il Santone Dello Svapo
Jika mencoba untuk berhenti merokok dengan rokok elektrik, mungkin Anda pernah dengar tentang heat stick. Heat stick merupakan produk rokok elektrik keluaran perusahaan sigaret seperti Marlboro atau Dunhill. Lalu, apakah vape sama dengan heat stick? Bisakah Anda berhenti merokok dengan alat tersebut?
Meskipun alat tersebut menggunakan tenaga listrik, tapi cara kerjanya berbeda dengan vaporizer. Pada heat stick, yang dipanaskan adalah tembakau, bukan e-liquid. Tapi tembakau tersebut tidak dibakar, hanya dipanaskan hingga nikotinnya menguap.
Meski sama-sama tidak menghasilkan tar dan karbon monoksida, heat stick tidak sama dengan vape. Jadi metode berhenti merokok di atas tidak bisa diterapkan begitu saja, Anda harus menghitung dosisnya berdasarkan berapa banyak batang rokok yang dihabiskan. Kemudian menguranginya perlahan hingga akhirnya tidak merokok sama sekali.
Sebab, Anda tidak bisa menemukan heat stick tanpa nikotin karena zat tersebut ada di dalam tembakau. Berbeda dengan rokok elektrik atau vape yang bisa dikonsumsi dengan e-liquid tanpa nikotin.
Baca juga: Sejarah dan Jenis Rokok Marlboro
Pertimbangkan Dampak Positif dan Negatifnya sebelum Mencoba Vape
Rokok elektrik merupakan salah satu alat yang bisa dimanfaatkan untuk membantu Anda lepas dari kebiasaan merokok konvensional. Tidak hanya bisa menggantikan kegiatan menghisap dan menghembuskan asap seperti sigaret konvensional, tapi juga bisa bisa meniru rasanya. Di samping itu, rokok elektrik juga lebih sehat dibanding tembakau.
Sayangnya, lebih sehat bukan berarti aman bagi tubuh Anda. Dalam rokok elektrik, terdapat zat-zat yang bisa menyebabkan munculnya gangguan pernafasan seperti nikel, diacetyl, dan timbal. Beberapa peneliti juga menduga bahwa vaping mampu meningkatkan tekanan darah dan detak jantung.
Pengunaan vape untuk membantu seseorang hidup tanpa kecanduan nikotin masih butuh banyak penelitian dalam hal metode dan efektifitas jangka panjang. Karena itulah dokter dan terapis pun, kebanyakan lebih menyarankan obat dan terapi pengganti nikotin (NRT) dengan bupropion, varenicline, permen karet, atau koyo nikotin.
Selain itu, keberhasilan rokok elektrik untuk membantu seseorang berhenti merokok sangat bergantung pada penggunanya. Tidak ada orang lain yang bisa mengontrol progress Anda kecuali diri sendiri. Karena berbeda dengan terapi dan obat-obatan kimia, vape bisa dibeli dengan bebas di pasaran.