
Tanaman tembakau dikenal sebagai bahan baku rokok atau sigaret di Indonesia. Namun, tahukah Anda kalau tumbuhan ini sebenarnya bukan tanaman asli dari negeri ini? Jika belum, simak ulasan lengkap mengenai tembakau, dari sejarah sampai daerah penghasilnya di artikel ini.
Keberadaan tanaman tembakau di Indonesia tidak lepas kaitannya dengan zaman penjajahan Belanda. Pemerintah Hindia Belanda pada abad ke-17 membuka lahan untuk penanaman tanaman ini demi tujuan ekonomi.
Seiring berjalannya waktu, perkebunan tumbuhan ini yang awalnya hanya bisa dihitung dengan jari semakin banyak dan tersebar di beberapa daerah di Indonesia. Adanya bahan baku yang melimpah kemudian mendorong munculnya pabrik-pabrik sebagai produsen rokok.
Meski menjadi salah satu komoditas perkebunan populer, belum tentu semua orang tahu tentang tembakau. Kalaupun iya, mungkin hanya informasi sebatas zat yang terkandung di dalamnya dan apa saja hasil pemanfaatannya.
Jika tertarik untuk mengenal tumbuhan ini lebih dalam, maka sebaiknya Anda menyimak ulasan lengkapnya di bawah ini. Beragam info menarik seputar bahan baku rokok ini bisa membuat wawasan Anda semakin bertambah.
Sejarah Tembakau
Tembakau merupakan tanaman yang aslinya tumbuh di Benua Amerika, khususnya Amerika Utara dan Amerika Selatan. Tanaman ini diyakini sudah tumbuh sejak tahun 6000 SM.
Suku Indian memanfaatkannya untuk kebutuhan tertentu, dari upacara keagamaan sampai pengobatan. Daun tanaman ini dapat digunakan sebagai penutup luka sekaligus mengurangi rasa sakit. Selain itu, mereka percaya jika mengunyah daunnya akan menyembuhkan sakit gigi.
Tembakau mulai dikenal oleh masyarakat dunia ketika Christopher Colombus diberi hadiah daun kering tanaman ini oleh suku Indian pada tahun 1492. Daun tanaman ini kemudian dibawa ke Benua Eropa dan akhirnya menjadi salah satu tanaman yang banyak dibudidayakan.
Kepopuleran tanaman yang masuk dalam genus Nicotiana ini di Eropa didasari karena kepercayaan mereka kalau daunnya bisa digunakan untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Bahkan karena saking berharganya, tumbuhan ini juga digunakan sebagai uang karena nilainya sama seperti emas. Maka dari itu, tidak mengherankan kalau tumbuhan ini juga disebut sebagai “Emas Hijau”.
Konsumsi daun tembakau untuk dihisap sudah dilakukan oleh suku Indian sejak ribuan tahun lalu. Namun, pengunaan tanaman ini sebagai bahan baku rokok yang bersifat komersial dimulai pada abad ke-17 di Virginia, Amerika Serikat.
Di Indonesia sendiri, tanaman menjadi salah satu bahan untuk membuat sigaret kretek. Daunnya yang telah dirajang dan dikeringkan akan dicampur bersama cengkih sebelum kemudian dilinting dengan kertas untuk dikonsumsi.
Klasifikasi & Struktur Tanaman Tembakau
1. Klasifikasi
Tembakau adalah tanaman musiman yang masuk dalam komoditas perkebunan. Secara taksonomi, tanaman ini diklasifikasikan sebagai berikut:
- Kingdom: Plantae
- Divisio: Spermatophyta
- Sub divisio: Angiospermae
- Classis: Dicotyledoneae
- Ordo: Solanales
- Familia: Solanaceae
- Genus: Nicotiana
Sementara itu, spesies tanaman ini sangatlah beragam. Meskipun begitu, spesies yang memiliki nilai jual tinggi hanyalah Nicotiana tabaccum dan Nicotiana rustica.
Nicotiana tabaccum kebanyakan digunakan sebagai bahan baku sigaret. Sedangkan untuk Nicotiana rustica, kandungan nikotinnya yang sangat tinggi membuat tanaman ini dimanfaatkan untuk bahan pestisida.
2. Struktur
a. Akar
Nicotiana adalah tanaman yang memiliki akar tunggang dan tumbuh tegak secara horizontal hingga 50–75 cm ke dalam tanah. Perakaran tanaman ini dapat tumbuh dengan baik jika ditanam di tanah yang gembur, subur, dan mudah menyerap air.
b. Batang
Tanaman ini memiliki bentuk batang yang agak bulat dan sedikit lunak, tapi kuat. Diameternya berukuran sekitar 5 cm dan semakin ke ujung, ukurannya akan mengecil.
Penebalan pada ruas-ruas batang tanaman terjadi di bagian yang ditumbuhi daun dan di bagian yang bercabang. Selain itu, di bagian ruas batang juga akan tumbuh ketiak daun.
c. Daun
Daun merupakan bagian yang paling krusial dari tanaman tembakau karena memiliki nilai jual untuk bahan baku rokok dan cerutu. Bentuk daun tanaman ini ada yang bulat lonjong dan bulat saja tergantung pada varietasnya.
Untuk daun yang berbentuk bulat lonjong, ujung daunnya akan meruncing. Sedangkan daun yang berbentuk bulat, ujungnya tidak meruncing. Tepi daun bergelombang dan licin jika dipegang.
Jumlah daun dalam satu tanaman kira-kira 28–32 buah helai. Daun tumbuh berselang-seling mengelilingi batang tanaman, dengan bagian bawah sampai atas sebelum pucuk memiliki nilai jual tertinggi.
d. Bunga
Bunga tembakau termasuk dalam golongan bunga majemuk yang terdiri dari beberapa tandan. Setiap tandan diperkirakan dapat berisi sampai 15 bunga dengan bentuk menyerupai terompet.
Warna bunga di bagian atas adalah merah jambu hingga merah tua. Sementara itu, pada bagian bawah bunga berwarna putih. Bagian bunga tumbuhan ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan parfum.
Kandungan Tembakau
Tanaman tembakau masuk dalam famili Solanaceae yang salah satu ciri khasnya adalah mempunyai kandungan nikotin. Jika dibandingkan dengan tumbuhan lainnya, tumbuhan ini memiliki kandungan nikotin tertinggi.
Meskipun begitu, kadar kandungan nikotin di setiap tembakau berbeda-beda bergantung pada spesiesnya. Selain itu, tanaman ini juga tidak mengandung senyawa alkaloida yang beracun bagi manusia yang biasa ditemukan di famili Solanaceae.
Bagian-bagiannya, mulai dari bunga, daun, batang, sampai akar mengandung nikotin, kecuali pada bakal buah. Nikotin menjadi alasan utama kenapa mengonsumsi daun tembakau memberikan efek kecanduan.
Alasannya, senyawa kimia organik ini dapat memunculkan dopamin yang mendorong otak untuk melakukan kegiatan yang sama. Hal inilah yang membuat perokok susah berhenti menghisap tembakau karena otak seperti sudah diprogram untuk terus-terusan melakukannya.
Jenis Tembakau
Tanaman tembakau yang ditanam di Indonesia biasanya termasuk dalam spesies Nicotiana tabaccum yang digunakan sebagai bahan baku sigaret. Secara umum, jenis tanaman ini bisa dikelompokkan menjadi tiga, yakni berdasarkan waktu tanam, bentuk fisik setelah dipanen, dan daerah asalnya. Berikut ini penjelasannya:
1. Waktu Tanam
a. Voor-Oogst
Nicotiana tabaccum yang masuk dalam kategori ini juga dikenal sebagai tembakau musim kemarau atau onberegend. Jadi, penanaman dilakukan saat musim penghujan kemudian dipanen pada waktu musim kemarau.
b. Na-Oogst
Jenis ini merupakan kebalikan dari Voo-Oogst. Artinya, tumbuhan ini ditanam pada musim kemarau, lalu dipanen saat musim penghujan.
2. Bentuk Fisik
a. Rajangan (slicing type)
Pengolahan tanaman tembakau dengan dirajang hanya dilakukan di Indonesia. Daun-daunnya dipotong dan dikeringkan sebelum dijual. Hasil potongannya sendiri dibagi menjadi dua, yakni rajangan kasar (broad cut) dan rajangan halus (fine cut).
b. Krosok (leaf type)
Pengolahan jenis ini merupakan yang paling banyak ditemukan di dunia. Tembakau dipasarkan dalam lembaran-lembaran daun yang telah dikeringkan kemudian disortasi sebelum dijual. Mengingat prosesnya yang bertahap dan memakan waktu lama, sebuah kewajaran jika harga krosok lebih tinggi daripada rajangan.
3. Daerah Asal
Keadaan lingkungan sangat mempengaruhi kualitas pertumbuhan tanaman tembakau, terutama faktor iklim dan tanah. Akibatnya, tampilan fisik tanaman ini mengalami perubahan walaupun secara genetis masih sama.
Perbedaaan daerah penanaman yang memengaruhi tampilan fisik tembakau, membuat jenis-jenis yang dihasilkan tanaman ini berbeda-beda. Maka dari itu, penamaan jenis baru tumbuhan ini seringkali menggunakan nama tempat asal penanamannya, di antaranya seperti yang ada di bawah ini:
a. Virginia
Jenis tembakau yang berasal dari Amerika Serikat ini awalnya ditanam di negara bagian Virginia. Tanaman ini diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1952 dan banyak ditanam di daerah Lombok.
Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (BALITTAS) kemudian mengembangkan beberapa varietas Virginia hibrida baru kepada petani. Sebut saja PVH 05, PVH 09, PVH 20, dan PVH 21.
Tanaman tipe ini juga dikenal sebagai tembakau cerah karena warna kuning keemasan sampai oranye tua saat dalam proses pengeringan. Biasanya, daun Virginia akan dikeringkan selama seminggu dalam ruangan yang panas.
b. Besuki
Besuki dihasilkan dari penyilangan tembakau jenis Kedu dan Deli yang ditanam di daerah Besuki, Situbondo, Jawa Timur pada tahun 1956. Dari Besuki, tumbuhan ini kemudian ditanam di daerah Jember dan sekitarnya.
Tembakau Besuki yang tumbuh dengan baik di Jember merupakan jenis Na-Oogst yang ditanam pada musim kemarau. Meski cocok ditanam di musim kemarau, tembakau jenis ini tetap butuh naungan untuk melindunginya dari sinar matahari penuh dan warna daun yang dihasilkan seragam.
Besuki Na-Oogst (BNO) merupakan salah satu jenis Nicotiana tabaccum yang populer di Indonesia karena aroma daunnya yang kuat. Bahkan BNO diekspor hingga ke Bremen, Jerman sebagai bahan cerutu.
c. Kemloko
Nama Kemloko diambil dari salah satu desa di Temanggung yang menghasilkan jenis tembakau ini. Lama-kelamaan, Kemloko kemudian ditanam di kecamatan-kecamatan Temanggung lainnya.
Varietas Kemloko awalnya hanya dikembangkan menjadi Kemloko 1, 2, dan 3. Lalu, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Temanggung bekerja sama dengan BALITTAS Malang mengeluarkan varietas baru, yaitu Kemloko 4, 5, dan 6 pada tahun 2017.
Kemloko berpotensi menghasilkan srinthil yang konon merupakan jenis tembakau terbaik dan termahal di dunia. Ciri khas dari srinthil adalah baunya yang menyengat karena kadar nikotinnya tinggi. Selain itu, srinthil membutuhkan waktu penjemuran lebih lama yakni 4–5 hari, berbeda dengan daun tembakau biasa yang hanya memerlukan 1–3 hari.
d. Prancak
Tanaman tembakau yang dikembangkan dari jenis ini berasal dari daerah Prancak, Kecamatan Pasongsongan, Kabupaten Sumenep. Varietas pertama yang dikeluarkan adalah Prancak-95 yang dilepas secara resmi pada tahun 1997.
Prancak-95 cocok ditanam di lahan kering, tegalan, dan pegunungan. Daun hasil rajangan varietas ini mempunyai aroma yang harum dan gurih sehingga cocok untuk bahan baku rokok.
Pada tahun 2004, BALITTAS kemudian meluncurkan hasil persilangan dari Prancak-95, yakni Prancak N-1 dan Prancak N-2. Kandungan nikotin dari kedua varietas baru ini lebih rendah daripada Prancak-95, tapi mutunya lebih tinggi.
e. Paiton
Jenis tembakau ini berkembang di daerah Paiton, Probolinggo, Jawa Timur. Tanaman ini sering dicari sebagai bahan baku untuk jenis rokok mild atau putih karena kadar nikotinnya yang rendah.
Para petani telah menanam banyak varietas lokal Paiton, antara lain Mersi, Moris, DB 101, Ergida/Super, Serumpung, Serongsong, dan Jimahmud. Pada tahun 2012, atas kerjasama antara Pemkab Probolinggo dengan BALITTAS Malang, muncul varietas baru yakni Paiton 1 dan Paiton 2.
f. Asepan Boyolali
Asepan adalah tembakau lokal Boyolali yang masuk dalam kategori daerah penanaman Vorstenlanden. Vorstenlanden adalah wilayah-wilayah yang termasuk dalam Daerah Istimewa Yogyakarta dan Daerah Istimewa Surakarta.
Varietas tembakau Asepan yang paling banyak ditanam di daerah Boyolali adalah Grompol Jatim. Grompol Jatim kemudian dikembangkan oleh BALITTAS dan menjadi varietas baru yaitu Grompol Jatim 1. Grompol Jatim 1 resmi dilepas ke para petani pada tahun 2007.
Daerah Penghasil Daun Tembakau Terbaik di Indonesia
1. Temanggung
Penanaman tembakau di Temanggung dilakukan pertama kali oleh pemerintah Hindia Belanda bersamaan dengan penanaman kopi pada tahun 1630. Lahan di Temanggung memang cocok ditanami tumbuhan ini karena terletak di bawah kaki Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro.
Banyak jenis tembakau yang ditanam di daerah ini, misalnya saja Mantili, Sempurna, Sindoro, dan Kemloko yang menjadi cikal bakal srinthil. Srinthil merupakan jenis yang paling populer dan tidak semua daun tembakau yang dipanen bisa menghasilkan jenis ini.
Setiap panen, daun yang sudah dirajang dan dikeringkan akan dibeli oleh para produsen rokok. Tidak hanya pabrik yang ada di Temanggung, tetapi juga produsen rokok besar seperti PT Djarum, PT Nojorono, PT Bentoel, dan PT Gudang Garam.
2. Jember
Jember menjadi salah satu daerah penghasil daun tembakau terbesar dan terbaik dari Provinsi Jawa Timur. Penanaman awal di kota ini diperkirakan dilakukan pada tahun 1859 oleh George Bernie yang mendapatkan hak erfpacht atau hak guna usaha yang berlaku selama 75 tahun.
George mendirikan pabrik bernama N.V. Landbauw Maatshcappij Oud Djember (LMOD) dan menggarap area perkebunan tembakau jenis Besuki Na-Oogst (BNO). Perusahaan ini mengolah hasilnya sebagai bahan baku membuat cerutu.
Seiring berjalannya waktu, lahan perkebunan tanaman ini mulai meluas dan menyebar di Jember. Produksi daun tembakau BNO yang berkualitas tidak hanya dipasarkan di kawasan domestik, tetapi juga diekspor hingga ke Bremen, Jerman. Biasanya, lembaran daunnya yang dijual ke luar negeri akan digunakan sebagai bahan pengikat (binder) dan pengisi (filler) cerutu.
Pabrik N.V LMOD yang telah dinasionalisasi berubah nama menjadi PT Perkebunan Nusantara X atau lebih sering dikenal dengan PTPN X. Perusahaan ini memproduksi tiga jenis cerutu, yaitu yang berbatang pendek (small cigar), sedang (soft filler), dan panjang (long filler). Beberapa mereknya adalah Bali Legong, Bali Djanger, dan Cadenza Long Premium.
3. Madura
Sumber: Instagram – hello_isyana
Madura menjadi salah satu daerah penghasil daun tembakau nasional. Tanaman ini pertama kali ditanam di daerah Pamekasan pada tahun 1861.
Dari Pamekasan, lahan perkebunan tanaman ini meluas ke Sumenep dan Sampang. Pada saat Perang Dunia I, hasil panen tanaman ini bahkan pernah sampai ke pasar Eropa.
Jenis tembakau yang terkenal dari Madura adalah Campalok. Namun, hasil panen Campalok setiap tahun tidak begitu banyak karena hanya bisa dihasilkan dari pohon tembakau di area tertentu.
Untuk memenuhi permintaan pasar, ada tiga jenis tembakau lainnya yang ditanam di Madura, yaitu Prancak-95, Cangkring-95, dan Prancak N-1. Jenis-jenis ini merupakan hasil dari uji coba BALITTAS.
4. Garut
Satu lagi kota di Pulau Jawa yang memproduksi tanaman tembakau dengan kualitas kelas dunia, Garut. Kecamatan Tarogong Kaler menjadi kecamatan yang mempunyai lahan perkebunan paling luas untuk tanaman ini. Luasnya mencapai 1.000 hektare, dari desa Rancabango hingga Panjiwangi.
Jenis tembakau yang ditanam di Garut merupakan varietas unggulan, salah satunya adalah Darwati. Jenis tanaman ini bahkan sudah dijual hingga ke pasar mancanegara, seperti Jerman, Belanda, Prancis, dan Swiss.
Selain itu, Nicotiana tabaccum dari Garut juga menarik perhatian dari para pembeli dalam negeri. Kabarnya, pembeli dari daerah Temanggung, Wonosobo, dan Magelang bisa menghabiskan miliaran rupiah untuk membeli hasil panen tanaman ini.
5. Lombok
Lombok menjadi daerah luar Pulau Jawa yang menghasilkan tembakau dengan kualitas tinggi. Bahkan banyak petani dari luar negeri, seperti Malaysia, Thailand, Filipina, dan Vietnam datang ke Lombok untuk belajar.
Tembakau yang ditanam di Lombok termasuk dalam jenis Virginia. Pengeringan daun-daun Virginia hasil panen di daerah ini dilakukan dengan cara mengaliri udara panas melalui pipa (flue cured). Daun hasil flue cured biasanya digunakan sebagai bahan baku rokok putih dan kretek jenis mild.
Luas area lahan tanaman ini di Lombok mencapai 58.515 hektare dengan kapasitas produksi hampir 40.000 ton. Beberapa produsen rokok nasional yang membeli hasil panen tanaman ini adalah PT Djarum, PT Bentoel, dan PT Sadhana.
Apakah Wawasan Anda tentang Tanaman Tembakau Semakin Bertambah?
Demikian rangkuman ulasan mengenai serba-serbi tanaman tembakau. Semoga dengan membaca penjelasan di atas, pengetahuan Anda tentang tanaman ini akan bertambah.
Jika Anda tertarik dengan informasi lainnya seputar dunia sigaret, tetap kunjungi situs Tobakonis agar tidak ketinggalan artikel-artikel bermanfaat lainnya. Sebut saja jenis-jenis rokok, kandungan yang terdapat dalam lintingan daun tembakau, dan produsen sigaret terbesar di Indonesia. Selamat membaca!