
Rokok Pall Mall merupakan salah satu produk sigaret putih mesin dari British American Tobacco. Merek ini beredar di pasar sigaret Indonesia pertama kali pada tahun 1999. Sayangnya, sekitar 2013, merek ini ditarik dari peredaran di Indonesia. Penasaran dengan sigaret yang satu ini? Simak info selengkapnya di sini.
Pall Mall merupakan salah satu produk rokok putih mesin yang dipasarkan oleh perusahaan rokok R.J. Reynolds di Amerika Serikat dan British American Tobacco di pasar internasional. Pada 2012, merek yang satu ini berhasil menjadi produk R.J. Reynolds dengan penjualan terbanyak mengalahkan Camel dan Newport.
Di halaman produknya, R.J. Reynolds mengatakan bahwa merek ini menjadi satu dari lima merek sigaret Amerika Serikat yang pernah menjadi pemimpin pasar di Amerika Serikat. Bahkan pada 1960, Pall Mall merupakan sigaret dengan penjualan nomor satu di Amerika Serikat.
Pall Mall mulai dijual ke pasar sigaret di negara-negara lain pada tahun 1994 setelah dibeli oleh Brown & Williamson Tobacco Corporation, perusahaan di bawah British American Tobacco (BAT). Di bawah perusahaan sigaret tersebut, merek ini dipromosikan sebagai rokok yang nikmat dengan harga terjangkau.
Selain mendapat branding sebagai sigaret kelas menengah ke bawah, British American Tobacco juga memunculkan beberapa varian sigaret ini. Penasaran apa saja varian tersebut? Simak artikel berikut sampai selesai.
Sejarah Rokok Pall Mall dan Masuknya ke Indonesia
1. Sejarah Rokok Pall Mall
Sumber: Youtube – Ernie Bello
Merek ini pertama kali diperkenalkan kepada khalayak umum pada 1899 oleh Black Butler Company. Pall Mall merupakan produk sigaret linting tangan tanpa filter kualitas premium. Tujuannya adalah untuk menjaring perokok dari kalangan ekonomi kelas atas.
Nama Pall Mall sendiri diambil dari sebuah jalan yang ada di London. Konon jalan tersebut sering ditinggali dan dikunjungi oleh warga Inggris kelas atas zaman dahulu. Selain itu tempat ini dulu digunakan untuk bermain paille-maille, permainan bola yang populer di abad 17.
Pada 1907, merek tersebut resmi dibeli oleh perusahaan asal Amerika Serikat, American Tobacco. Perusahaan ini pun melakukan berbagai percobaan. Mulai dari mengubah desain kemasan produk hingga ukuran panjang sigaret.
Pada tahun 1939 mereka memperkenalkan sigaret dengan ukuran 8,5 mm atau king size. Ukuran tersebut kemudian menjadi standar untuk hampir semua merek di dunia sigaret. Mereka juga menggunakan cara yang unik untuk melinting rokok, sehingga tembakaunya lebih padat tapi tetap mudah dihisap oleh konsumen.
Popularitas Pall Mall memuncak pada 1960 saat dinobatkan sebagai sigaret dengan penjualan terbesar di Amerika Serikat. Sayangnya, enam tahun kemudian ia dikalahkan oleh merek rokok Winston.
Seperti yang sudah disebutkan, pada 1994 salah satu perusahaan di bawah British American Tobacco, Brown & Williamson, membeli merek rokok Pall Mall dan Lucky Strike. American Tobacco sendiri pada saat itu memang menjual satu per satu merek-mereknya.
Brown & Williamson melakukan rebranding untuk merek sigaret yang satu ini. Dari produk premium untuk pasar kelas atas menjadi produk untuk perokok dengan dana yang terbatas.
Pada 2001, mereka juga membuat Pall Mall versi sigaret filter dengan berbagai varian. Brown & Williamson menggunakan kode warna seperti merah, biru, dan biru muda karena pada saat itu dilarang menambahkan embel-embel light atau ultra light. Rokok filter ini kemudian menjadi produk yang lebih dijagokan.
Pada 2004, Brown & Williamson merger dengan R.J. Reynolds. Sejak saat itu, rokok Pall Mall dipasarkan di Amerika Serikat di bawah perusahaan R.J. Reynolds Tobacco. Sama seperti perusahaan sebelumnya, Reynolds tetap mempertahankan produk non filter.
2. Masuknya Pall Mall ke Indonesia
Pemasaran Pall Mall untuk pasar internasional dilakukan oleh perusahaan Brittish American Tobacco. Di Indonesia, produksinya dilakukan oleh salah satu produsen sigaret, PT Bentoel Prima. Produk ini diperkirakan masuk ke pasar Indonesia pertama kali pada tahun 1999 untuk menyaingi Marlboro milik Philip Morris.
Pada tahun 2000, BAT mulai membeli sebagian saham dari PT Bentoel dan mulai memproduksi mereknya di Indonesia. Sayangnya, penjualan Pall Mall kurang memuaskan, BAT pun lebih memilih untuk berfokus pada produksi rokok lain seperti Dunhill atau Lucky Strike.
Pada 2009, BAT berhasil mengakusisi 99% total saham PT Bentoel. Sejak saat itu, produksi mereka difokuskan pada produk-produk unggulan baik kretek maupun rokok putih, sehingga ada banyak merek yang dihentikan produksinya seiring waktu. Pada 2013, Pall Mall berhenti diproduksi untuk pasar rokok Indonesia.
Jenis Rokok Pall Mall
1. Non Filter
Sumber: Wikimedia Commons
Varian yang satu ini merupakan produk pertama yang diluncurkan sejak tahun 1899. Seperti namanya, rokok yang satu ini tidak memiliki filter pada ujungnya. Jadi ukurannya pun panjang karena sama-sama king size tapi tidak dikurangi filter.
Kandungan nikotin pada sebatang rokok Pall Mall non filter adalah 1,7 mg, sementara tar-nya 18 mg. Rasa tembakau yang dihasilkan sebatang sigaret ini cukup kuat dan sedikit manis meski tanpa cengkih. Karena tidak ada filter, throat hit-nya lebih terasa dibanding Red.
2. Red
Sumber: Wikimedia Commons
Pall Mall Red merupakan rokok putih mesin filter full flavor yang diluncurkan resmi pertama kali oleh Brown & Williamson pada 2001. Warna merah yang mendominasi kemasan menunjukkan bahwa sigaret ini masih menggunakan racikan tembakau yang sama dengan produk non filternya.
Varian Red ini tersedia dalam kemasan isi 20 batang, tiap batangnya mengandung 0.9 mg nikotin dan 12 mg tar. Red memiliki aroma yang cenderung manis untuk ukuran sigaret tanpa cengkih. Rokok ini memberikan rasa tembakau dan throat hit yang cenderung halus jika dibanding sigaret putih pada umumnya.
3. Blue
Sumber: Wikimedia Commons
Sama seperti Red, Blue dipasarkan pertama kali pada tahun 2001. Bedanya, sigaret yang satu ini merupakan varian rokok putih mesin filter yang light. Filter pada Blue sedikit lebih panjang, jadi asap yang dihasilkan dalam sekali hisap tidak setebal Red.
Varian Blue juga tersedia dalam kemasan 20 batang, kandungan nikotin dan tar pada setiap batangnya adalah 0,8 dan 8 mg. Sama seperti varian sebelumnya, Pall Mall Blue memiliki rasa yang cenderung manis untuk rokok tanpa cengkih. Tapi rasa tembakau dan throat hit yang diberikan lebih halus dan hampir tidak terasa.
4. Orange
Sumber: Instagram – li.heavvvven
Pall Mall berwarna oranye ini merupakan varian ultra light yang dirilis pada 2001. Pada awal perilisannya, kemasan varian ini berwarna biru muda. Kemasan yang mirip dengan varian light ini sering membingungkan pembeli, oleh karena itu British American Tobacco pun mengubah kemasannya menjadi oranye pada 2007.
Rokok ultra light Pall Mall ini memiliki kadar kandungan zat yang rendah, hanya 0,6 mg nikotin dan 6 mg tar. Karena merupakan sigaret ultra light, rasa yang diberikan sangatlah tipis dan tidak terasa throat hit. Rokok ultra light ini tersedia dalam kemasan isi 20 batang.
5. Green
Sumber: Instagram – mlexum
Pall Mall dengan bungkus berwarna hijau ini merupakan varian rokok menthol. Sama seperti tiga varian sebelumnya, Green pertama kali diluncurkan pada tahun 2001.
Pall Mall Green dijual dalam kemasan 20 batang, per batangnya memiliki kandungan nikotin dan tar sebesar 0,9 dan 10 mg. Berbeda dengan varian non menthol yang dilinting dengan padat, Green dilinting seperti kebanyakan merek lain. Aroma menthol pada sigaret ini cukup kuat, nyaris menutupi rasa tembakaunya.
6. Black
Sumber: Instagram – amnesia42
Black merupakan varian rokok menthol Pall Mall yang diluncurkan pada tahun 2012. Varian ini merupakan inovasi dari Green sebab menggunakan racikan yang sama dengan produk full flavor mereka. Ditambah dengan aroma dan sensasi dingin menthol yang lebih kuat.
Varian ini tersedia dalam kemasan 20 batang, dalam satu batang nikotin dan tar yang terkandung sebesar 0,9 dan 12 mg. Black tidak hanya memberikan menthol pada tembakau, tapi juga pada bagian luar filternya. Jadi bibir Anda juga dapat merasakan sensasi dingin.
7. White
Sumber: Youtube – NickTheSmoker
White adalah varian rokok menthol Pall Mall yang diluncurkan bersamaan dengan Black. Varian ini diklaim lebih mengedepankan pengalaman merokok menthol yang smooth. Racikan tembakau yang digunakan pada White sama seperti varian Orange, ultra light, jadi rasa tembakaunya sangat smooth.
Sama seperti Pall Mall pada umumnya, varian White tersedia dalam kemasan 20 batang. Tiap batangnya mengandung nikotin dan tar sebanyak 0,6 dan 6 mg. Tidak hanya di tembakaunya, menthol juga bisa Anda rasakan di luar filter. Tapi sensasi dingin yang diberikan tidak setajam varian Black.
Fakta Menarik tentang Rokok Pall Mall
Sumber: Instagram – midcentury.ad.man
1. Penyebutan yang Salah
Ketika membaca merek rokok Pall Mall, sebagian besar orang akan melafalkannya pal mal. Tapi, tahukah Anda jika ternyata lafal tersebut salah? Ternyata pelafalan yang benar adalah pel mel. Salahnya pelafalan tersebut tidak hanya dilakukan orang Indonesia saja, tapi juga di Amerika Serikat yang merupakan negara asalnya.
Pall Mall diiklankan di televisi dan radio dengan pelafalan yang benar pada tahun 1950 hingga 1960-an. Tapi pada 1970, aturan iklan rokok di Amerika Serikat diperketat sehingga orang-orang menyebutnya sesuai dengan tulisan. Kebiasaan penyebutan yang salah itu pun berlanjut hingga merek ini menjadi produk internasional.
2. Pelopor Ukuran Sigaret
Sumber: Instagram – arbiter_elegantiarum_ita
Seperti yang tadi sudah dijelaskan di atas, Pall Mall menjadi pelopor rokok ukuran king size atau 85 mm. Tapi tidak hanya itu, mereka juga menjadi merek yang pertama kali mengeluarkan sigaret berukuran 100 mm pada 1966.
Rokok berukuran 100 mm itu awalnya diluncurkan karena di tahun tersebut, penjualan Pall Mall kalah oleh Winston. Strategi tersebut sayangnya tidak bisa membuat merek ini kembali ke puncak. Pada tahun 2001 saat rebranding, ukurannya sudah kembali menjadi 85 mm.
3. Promosi yang Mengundang Kontroversi
Pada saat Pall Mall masuk ke Indonesia, British American Tobacco mengadakan sebuah acara promosi ke 40 kota. Sayangnya, belum selesai rangkaian promosi tersebut, pihat BAT mendapat gugatan dari tiga belas lembaga swadaya masyarakat pada 2 Oktober 2000. Mereka dianggap mempromosikan pornografi dan melanggar norma.
Pasalnya, pada acara yang berlangsung di Surakarta, pihak penyelenggara dituduh mengadakan lomba telanjang yang menawarkan hadiah ratusan ribu rupiah. Tiga belas lembaga tersebut menuntut BAT menghentikan rangkaian promosinya dengan ancaman akan menuntut dicabutnya izin dagang rokok Pall Mall.
Pihak BAT pun memberikan klarifikasi bahwa lomba yang diadakan bukan melepas busana, tapi aksesoris. Meski begitu, pihak mereka meminta maaf pada publik dan berjanji menghentikan promosi serupa. Gugatan tersebut berdampak besar bagi penjualan, bahkan konon harga saham BAT pada saat itu anjlok.
Produk Lain British American Tobacco
1. Dunhill
Sumber: Wikimedia Commons
Dunhill merupakan produk sigaret putih mesin yang pertama kali dipasarkan pada 1907. Rokok ini diciptakan pertama kali oleh Alfred Dunhill, seorang pedagang tembakau yang menerima pesanan khusus dan personal tiap pelanggannya.
Dunhill cenderung dijual dengan harga yang relatif tinggi dibanding kompetitornya. Sebab, jenis dan kualitas tembakau yang digunakan cukup tinggi. Di Indonesia, Dunhill menjadi merek yang lebih diunggulkan BAT dibanding rokok Pall Mall.
2. Kent
Kent pertama kali dipasarkan pada tahun 1952 oleh Lorrilard Company di Amerika Serikat. Nama mereknya sendiri merupakan nama dari pemimpin perusahaan tersebut, Herbert Kent.
Produk pertama Kent merupakan sigaret putih mesin filter. Bedanya, filter mereka tidak menggunakan asetat selulosa, melainkan micronite. Pada 1956, micronite berhenti digunakan dan beralih ke asetat selulosa karena ternyata memicu kanker mesothelioma. BAT membeli merek ini pada tahun 1970, kemudian R.J. Reynold mengakusisi Lorrilard pada 2014.
3. Lucky Strike
Sumber: Wikimedia Commons
Lucky Strike pertama kali diciptakan pada 1871. Awalnya merek ini dijual sebagai tembakau kunyah, lalu menjadi sigaret linting pada 1905. Salah satu slogannya yaitu, “It’s Toasted,” menjadi ciri khas. Sebab tidak seperti sigaret umumnya, tembakau lucky strike tidak dijemur tapi dipanggang hingga kering.
Seperti yang sudah disebutkan, BAT membeli rokok ini bersamaan dengan Pall Mall pada tahun 1994. Untuk pemasaran Lucky Strike di pasar Internasional, BAT bekerja sama dengan Japan Tobacco International.
4. Rothman
Rothman merupakan merek untuk masyarakat kelas atas, merek ini dirilis pertama kali pada tahun 1890. Pada 1900, penciptanya, Louise Rothman, membuka toko rokok dan tembakau di daerah Pall Mall, London.
Perusahaan rokok asal Inggris ini diakusisi oleh BAT pada tahun 1999. Pasar utama rokok Rothman berada di Eropa dengan segmen utama perokok sigaret kelas premium.
5. Newport
Newport merupakan brand sigaret asal Amerika Serikat yang terkenal dengan rokok mentholnya. Merek yang satu ini dirilis resmi pada tahun 1957, nama merek ini diambil dari nama pelabuhan di Pulau Rhodes.
Distribusi rokok ini di Amerika Serikat berada di bawah R.J. Reynolds, sementara untuk pasar internasional dilakukan oleh British American Tobacco. Reynold mengklaim bahwa sigaret yang satu ini merupakan merek rokok menthol dengan penjualan nomor satu di Amerika Serikat sejak tahun 1993.
6. Camel
Sumber: Wikimedia Commons
Camel merupakan sigaret yang diciptakan pertama kali oleh R.J. Reynolds pada 1913 di Amerika Serikat. Berbeda dengan merek lain pada saat itu yang menggunakan tembakau mesir, merek ini menggunakan tembakau Turki (oriental) yang lebih murah.
Camel didapatkan British American Tobacco setelah akusisi R.J. Reynolds pada 1999. Kegiatan ekspor brand yang satu ini dilakukan di bawah Japan Tobacco International, termasuk di Indonesia.
7. Natural American Spirit
Natural American Spirit dipasarkan pertama kali oleh Reynolds American dan Santa Fe Natural Tobacco pada 1982. Sama seperti merek R.J. Reynolds lainnya, sigaret ini dibeli oleh BAT pada 1999.
Hal yang membuat sigaret ini spesial adalah penggunaan bahan-bahan yang organik. Mulai dari tembakau cacah, filter, hingga kertas pembungkus. Natural American Spirit hanya tersedia di negara-negara di benua Amerika.
Tertarik Mencoba Rokok Pall Mall setelah Membaca Ulasan di Atas?
Demikian ulasan singkat mengenai sejarah, varian, dan fakta menarik tentang rokok Pall Mall. Seperti yang sudah disebutkan, rokok ini sudah berhenti diproduksi untuk pasar Indonesia pada 2013.
Tapi, sebenarnya Anda masih bisa mencari rokok ini di toko online atau kelontong. Hanya saja, biasanya rokok yang dijual merupakan stok lama, jadi jangan harapkan rasa dan aroma yang maksimal.