
Rokok Lucky Strike merupakan salah satu merek sigaret impor yang beredar di pasaran Indonesia. Meski kebanyakan konsumen produk ini adalah laki-laki, tahukah Anda kalau sebelumnya Lucky Strike pernah ditargetkan untuk kalangan wanita? Kalau belum, Anda dapat menyimak ulasan lengkap tentang seluk beluk produknya di artikel ini.
Rokok Lucky Strike dapat ditemukan dengan mudah di supermarket ataupun toko penjual hasil olahan tembakau di Indonesia. Meski bukan merek lokal, produk ini banyak digemari oleh masyarakat, terutama dari kalangan anak muda dan dewasa.
PT Bentoel Investama selaku perusahaan yang bertanggung jawab atas produk ini terus mengeluarkan varian-varian baru. Langkah ini dilakukan untuk dapat mengakomodasi selera konsumen yang berbeda-beda.
Awalnya, merek ini hanya tersedia dalam jenis rokok putih. Namun, untuk menarik minat penggemar kretek, Bentoel juga meluncurkan jenis sigaret kretek untuk produk ini.
Lantas, apa saja varian yang telah dirilis Bentoel untuk rokok Lucky Strike di Indonesia? Daripada makin penasaran, Anda dapat menyimak ulasan lengkapnya di bawah ini.
Sejarah dan Masuknya Rokok Lucky Strike di Indonesia
Sumber: Instagram – bybabeee
1. Sejarah Lucky Strike
Lucky Strike atau Luckies pertama kali diluncurkan sebagai produk tembakau kunyah oleh perusahaan R.A Patterson pada tahun 1871. American Tobacco Company kemudian mengakuisisi perusahaan R.A. Patterson pada tahun 1905 dan mulai memasarkan produk ini sebagai rokok non-filter.
Promosi iklan legendaris yang dilakukan oleh merek ini terjadi pada tahun 1917 dengan menggunakan slogan “It’s Toasted”. Slogan tersebut dipakai sebagai bentuk ekspresi kalau bahan baku daun tembakau Luckies diolah dengan cara dipanggang, bukan dijemur di bawah matahari seperti rokok pada umumnya saat itu.
Pada tahun 1920-an, Luckies menargetkan konsumen wanita dengan mengeluarkan jargon “Reach for a Lucky instead of a sweet”. Akibatnya, penjualan merek ini naik menjadi 300% dalam satu tahun promosi.
Lalu, pada awal 1930-an, Luckies merambah konsumen laki-laki dengan menjadikan Al Jolson, seorang penyanyi terkenal saat itu, untuk menjadi model iklan merek ini. Hasilnya, penjualan Luckies meningkat tajam dari 14 miliar batang pada tahun 1925 menjadi 40 miliar batang pada tahun 1930 dan menjadikannya sebagai merek sigaret paling terkemuka saat itu.
Dari rokok non-filter, Lucky Strike meluncurkan jenis sigaret filter pada tahun 1960-an bersamaan dengan rilisnya Lucky Strike Green. Penambahan kata green ditujukan untuk perasa menthol yang terkandung dalam sigaretnya.
Pada tahun 1976, British American Tobacco (BAT) mengakuisisi keseluruhan perusahaan American Tobacco Company. Pembelian ini membuat BAT memperoleh hak untuk memproduksi dan memasarkan produk Lucky Strike di pasar mancanegara.
Sementara itu, Brown & Williamson bertanggung jawab untuk produksi dan peredaran Luckies di Amerika Serikat setelah membeli hak produk ini pada tahun 1978. Brown & Williamson kemudian bergabung dengan R.J. Reynolds pada tahun 2004.
Pada tahun 2006, varian Full Flavor dan Lights dari Luckies tidak lagi diproduksi di Amerika Serikat. Meskipun begitu, varian tersebut masih dapat ditemukan di pasar internasional yang berada di bawah kontrol BAT.
2. Masuknya Lucky Strike di Indonesia
Lucky Strike sudah beredar di pasar sigaret Indonesia pada tahun 2004 yang mulanya diproduksi oleh PT BAT Indonesia. Produk ini merupakan bagian dari merek-merek Global Drive Brand (GDB), seperti Dunhill dan Pall Mall. Penjualan GDB terus mengalami peningkatan dari tahun 2005–2007 dan menjadi produk andalan ketika merek sigaret lokal perusahaan ini mengalami penurunan permintaan pasar.
Pada tahun 2009, BAT Indonesia bergabung dengan PT Bentoel Investama. Penggabungan ini menyusul pembelian mayoritas saham Bentoel oleh perusahaan induk BAT. Jenis rokok Lucky Strike yang dijual oleh Bentoel terdiri dari Sigaret Putih Mesin (SPM) dan Sigaret Kretek Mesin (SKM).
Jenis-Jenis Rokok Lucky Strike
1. Lucky Strike Original Merah
Sumber: Instagram – cigarettes.sg
Original merah merupakan salah satu varian awal yang dikeluarkan oleh Lucky Strike. Bahan baku dari SPM ini mengikuti resep khas Luckies yang menggunakan daun tembakau Burley panggang.
Produk ini mempunyai rasa tembakau yang khas dengan adanya sensasi spicy dan sedikit manis. Tarikan asap dari sigaret ini tergolong kuat walaupun tidak sedominan Marlboro. Sementara itu, pelepasan asap rokoknya meninggalkan sensasi yang lembut.
2. Lucky Strike Original Biru
Sumber: Instagram – brown_sherlock
Original biru merupakan SPM Lights yang memiliki intensitas rasa lebih enteng daripada Original Merah. Sigaret ini juga sering dijuluki sebagai Lucky Strike Lights.
Dari segi rasa, Lights memberikan pengalaman kenikmatan daun tembakau yang kaya dan alami dengan sensasi spicy yang tidak begitu tajam. Selain itu, tarikan asap sigaretnya juga mantap tapi tak sampai membuat tenggorokan tidak nyaman.
3. Lucky Strike Mild
Sumber: Instagram – ferza_shahrawi
Lucky Strike Mild dirilis pada tahun 2016 untuk segmen SKM. Produk ini termasuk dalam golongan low tar low nicotine karena kandungan nikotin dan tarnya yang rendah.
Tembakau Burley yang diracik untuk bahan baku rokok Lucky Strike Mild masih mengikuti resep American blend yang menjadi ciri khas Luckies. Selain itu, unsur spicy yang ditemukan pada rokok kretek biasanya juga ada dalam produk ini tapi dengan kadar rendah.
4. Lucky Strike Switch
Sumber: ciggiesworld
Switch termasuk dalam kategori sigaret Full Flavor yang dirilis oleh Bentoel pada awal tahun 2018. Seperti namanya, SPM ini dipasangi filter yang berisi switch capsule dengan teknologi Click & Roll.
Click & Roll adalah teknologi di mana perokok dapat mengubah sensasi dari Full Flavor menjadi rasa lain hanya dengan mengklik kapsul yang ada dalam filter. Untuk produk ini, Full Flavor diubah rasanya dengan penambahan sensasi menthol.
5. Lucky Strike Bold
Sumber: Instagram – danial.farrel
Bold merupakan inovasi sigaret kretek kedua dari Bentoel setelah perilisan Mild pada tahun 2016. SKM yang diluncurkan pada tahun 2017 ini menargetkan perokok yang mencari sensasi rasa yang mantap, tapi harganya masih terjangkau.
Sigaret ini menghasilkan sensasi spicy yang tajam dengan campuran rasa buah-buahan. Selain itu, ada juga rasa manis yang dihasilkan dari penambahan sirup maple dalam rokoknya.
Fakta Menarik tentang Rokok Lucky Strike
1. Nama Merek Terinspirasi dari Era Gold Rush di Amerika Serikat
Gold Rush atau demam emas adalah peristiwa di mana orang-orang beramai-ramai mencari emas di suatu daerah. Demam emas di Amerika Serikat terjadi pada awal abad ke-19, tepatnya di daerah pegunungan California.
Kabarnya, hanya empat dari 1.000 orang penggali emas yang berhasil memperoleh batu mulia ini. Keberuntungan yang hanya didapatkan oleh beberapa orang ini kemudian populer dengan sebutan lucky strike.
Dengan begitu, dapat disimpulkan bahwa konsumen yang membeli Lucky Strike adalah orang-orang yang beruntung. Pasalnya, tembakau yang digunakan sebagai bahan baku sigaret ini diambil dari jenis terbaik.
2. Promosi Iklan yang Menyesatkan
Di awal kemunculannya, Lucky Strike banyak menggunakan kalimat promosi yang menunjukkan keunggulan daun tembakau yang dipakainya. Sayang, beberapa slogan yang dipakai oleh merek ini memberikan pemahaman yang menyesatkan.
Pada tahun 1917, merek ini menggunakan slogan “It’s Toasted” diiringi dengan pesan kalau tembakau panggang tidak begitu berbahaya untuk kerongkongan dan mengurangi batuk. Selain itu, produk ini juga menggunakan jargon “Reach for a Lucky instead of a sweet” yang menyebarkan pemahaman bahwa merokok dapat mengurangi berat badan pada tahun 1920-an.
3. Menjadi Cameo di Film-Film Hollywood
Merokok menjadi adegan yang sering ditampilkan dalam film, terutama untuk film bergenre action ataupun thriller. Maka dari itu, tidak mengherankan kalau merek rokok tertentu muncul di sebuah film.
Lucky Strike sendiri pernah menjadi cameo di beberapa film yang dibintangi oleh aktor-aktor terkenal. Di film The Ninth Gate (1999), karakter penjual buku yang diperankan Johnny Depp diketahui merokok sigaret filter dan non-filter dari merek ini.
Sementara itu, aktor Brad Pitt merokok sigaret non-filter dari Lucky Strike di film Fury (2014). Karakter tentara yang dimainkan pria ini bahkan merokok Luckies sebelum adegan klimaks.
Produk-Produk Lain dari British American Tobacco
1. Dunhill
Sumber: Instagram – adihaiqal
Dunhill merupakan produk sigaret rintisan dari Alfred Dunhill, seorang penjual tembakau dan inventor berkebangsaan Inggris. Pria ini memulai bisnis hasil olahan tembakaunya pada tahun 1907.
Sama seperti awal mula rokok Lucky Strike, Alfred sebenarnya menjual tembakau kunyah yang diracik sesuai permintaan kliennya. Namun, bisnisnya kemudian ikut merambah produk rokok dan ia adalah orang pertama yang menambahkan filter kapas pada sigaret.
Phillip Morris USA memperkenalkan merek Dunhill pertama kali di Amerika Serikat pada tahun 1939. Salah satu perusahaan sigaret terbesar di dunia ini kemudian meluncurkan merek Dunhill International di Negeri Paman Sam pada tahun 1962.
Sementara itu, produksi dan peredaran Dunhill di Inggris dan negara-negara lainnya dilakukan oleh BAT. Harga yang dipasang untuk Dunhill di pasar internasional tergolong di atas rata-rata sigaret pada umumnya karena merek ini masuk dalam kategori rokok premium.
2. Kent
Sumber: Wikimedia Commons
Kent merupakan produk rokok dari Amerika Serikat yang diproduksi pertama kali oleh the Lorillard Tobacco Company pada tahun 1952. Inspirasi pemberian merek kent berasal dari nama pimpinan perusahaan the Lorillard Tobacco Company saat itu, Herbert Kent.
Pemasaran Kent sebagai rokok berfilter mengalami peningkatan tajam pada tahun 1952. Hal ini disebabkan oleh perilisan sebuah penelitian yang menyatakan banyaknya kandungan zat berbahaya dalam sigaret non-filter pada tahun itu.
Sayangnya, filter yang digunakan Kent pada rokoknya mengandung bahan micronite yang menjadi penyebab utama kanker mesothelioma. Lorillard Tobacco Company kemudian terpaksa mengganti micronite dengan asetat selulosa pada pertengahan tahun 1956 setelah menerima banyak tuntutan dari para konsumennya.
BAT telah mengantongi izin untuk memasarkan Kent di luar Amerika Serikat sejak tahun 1970-an. Sementara itu, the Lorillard Tobacco Company kemudian dibeli oleh R.J. Reynolds pada bulan Juni 2014 dengan harga 27,4 miliar dolar.
Pada tahun 2017, mayoritas saham R.J. Reynolds diakuisisi oleh BAT dengan persentase sebesar 57,8%. Tak heran kalau Kent menjadi milik properti BAT, baik di Amerika Serikat maupun di luar negeri.
3. Rothmans
Sumber: Wikimedia Commons
Louis Rothman meluncurkan Rothmans pertama kali di Inggris pada tahun 1890. Ia melinting sendiri produk sigaret premium ini dan menjualnya di toko kecil miliknya yang berdiri di Fleet Street.
Pada saat itu, banyak penerbit dan editor majalah dan surat kabar yang tinggal di Fleet Street London. Maka dari itu, Rothmans sangat populer di kalangan para jurnalis yang akhirnya ikut menyebarkan kenikmatan produk ini sampai ke golongan para bangsawan.
Louis kemudian membuka toko cabang di Jalan Pall Mall mengikuti kesuksesan penjualan Rothmans. Pada tahun 1902, pria ini juga mulai mengekspor produk sigaretnya ke Belanda, India, Australia, dan negara-negara di Amerika Serikat.
Sayangnya, penjualan Rothmans pernah mengalami penurunan walaupun sempat menjadi penyuplai sigaret kerajaan Inggris, Spanyol, dan tentara Inggris saat Perang Dunia I dan II terjadi. Meskipun begitu, pasar sigaret Rothmans tetap menjadi yang terbesar di dunia pada tahun 1970-an.
Pada tahun 1999, Rothmans International yang menaungi sigaret ini pada akhirnya diakuisisi oleh BAT. Pembelian ini semakin menambah merek-merek rokok yang dimiliki oleh BAT.
4. Pall Mall
Sumber: Wikimedia Commons
Black Butler Company dari Inggris meluncurkan Pall Mall pada tahun 1899. Produk yang dipasarkan sebagai sigaret premium ini namanya terinspirasi dari sebuah nama jalan populer di London.
American Tobacco kemudian membeli Pall Mall pada tahun 1907 dan memasarkan produk ini hingga ke Amerika Serikat. Popularitas Pall Mall mencapai puncaknya pada tahun 1960 ketika produk ini berhasil menyandang gelar sebagai merek sigaret nomor 1 di Negeri Paman Sam.
Pada tahun 1994, Brown & Williamson membeli merek rokok Lucky Strike dan Pall Mall dari American Tobacco. Produksi dan pemasaran Pall Mall di Amerika Serikat kemudian dialihkan kepada R.J. Reynolds setelah Brown & Williamson bergabung dengan perusahaan ini pada tahun 2004.
Sementara itu, BAT memperoleh hak untuk memproduksi dan mengedarkan Pall Mall di pasar internasional pada tahun 1994. Produsen Pall Mall di Indonesia sama seperti rokok Lucky Strike, yakni PT Bentoel Investama.
5. Newport
Sumber: Instagram – angoraantik
Newport merupakan produk sigaret menthol yang pertama kali diluncurkan oleh perusahaan the Lorillard Tobacco Company pada tahun 1957. Merek produk ini berasal dari nama pelabuhan Newport di Rhode Island, Amerika Serikat.
Perluasan pemasaran Newport terjadi pada tahun 1980-an ketika produk ini mulai merambah konsumen African-American yang tinggal di daerah perkotaan. Hasilnya, dalam jangka waktu dua tahun, Newport menjadi salah satu merek sigaret paling laris di pasaran.
Bukan hanya itu saja, Newport diperkirakan menguasai 35% pasar rokok menthol di Amerika Serikat pada tahun 2010. Bahkan produk ini telah menjadi merek sigaret menthol paling populer di Amerika Serikat sejak tahun 1993.
Kepemilikan Newport dari the Lorillard Tobacco Company kemudian pindah ke R.J. Reynolds pada pertengahan tahun 2015. Dua tahun kemudian, mayoritas saham R.J. Reynolds dibeli oleh BAT yang akhirnya membuat Newport menjadi salah satu merek sigaret milik perusahaan dari Inggris ini.
Apakah Anda Tertarik untuk Mencoba Lucky Strike?
Demikian ulasan mengenai sejarah, jenis-jenis rokok Lucky Strike, dan beragam produk sigaret yang dimiliki oleh British American Tobacco. Semoga penjelasan di atas dapat membantu dalam memutuskan varian mana yang sekiranya cocok dengan Anda jika ingin mencoba Luckies.
Selain jenis-jenis rokok Lucky Strike, masih banyak artikel-artikel seputar jenis sigaret lainnya yang dapat Anda temukan di Tobakonis. Beberapa di antaranya adalah seluk beluk cerutu, sejarah kretek di Indonesia, dan informasi menarik mengenai shisha si rokok Arab. Selamat membaca!